Rabu, 26 November 2014

Monyet dan Unta Peniru



Sang Unta menari mengikuti tarian sang MonyetPada suatu perayaan besar untuk menghormati sang Singa si Raja Hutan, seekor monyet diminta untuk menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian sang Monyet begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang dan gembira melihatnya.
Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir menjadi iri hati. Dia sangat yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang monyet, bahkan mungkin lebih baik lagi, karena itu dia maju ke depan menerobos kerumunan hewan yang menonton tarian monyet, dan sang Unta mengangkat kaki depannya, mulai menari. Tapi unta yang sangat besar itu membuat dirinya kelihatan konyol saat menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-mutarkan lehernya yang kaku dan panjang. Selain itu, sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang besar tetap terangkat ke atas.
Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja Hutan sehingga hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta, mengusirnya keluar sampai ke padang gurun.
Jangan terlalu memaksa untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu lakukan.

Kelinci Penakut dan Kodok



Kodok berlarian dan melompat ke kolam karena ketakutan melihat kelinciKelinci, seperti yang kita tahu merupakan makhluk yang penakut. Sedikit saja bayangan yang mucul, akan membuat mereka lari terbirit-birit bersembunyi. Suatu ketika, mereka berdiskusi bagaimana cara agar mereka bisa terhindar dari ketakutan. Saat mereka sedang ribut berdiskusi, tiba-tiba bunyi suatu suara yang aneh sehingga kelinci-kelinci tersebut lari ketakutan menuju ke sarangnya. Saat itu mereka berlari melewati sebuah kolam, di mana pada kolam tersebut tinggallah keluarga kodok yang sedang duduk di alang-alang pinggiran sungai. Dalam sekejap mata, kodok-kodok yang terkejut melihat kelinci yang berlarian, berhamburan lari dan melompat masuk ke dalam kolam.
"Lihat," teriak seekor kelinci, "kita seharusnya tidak perlu terlalu khawatir dengan sifat penakut kita, di sini masih ada makhluk yang lebih penakut dan takut kepada kita!"
Bagaimana pun jeleknya nasih yang kita alami,  masih ada yang bernasib lebih jelek dibandingkan dengan kita.

Kepingan Emas dari Bintang di Langit



Dahulu kala, ada seorang gadis kecil yang ayah dan ibunya telah meninggal, dan hidup begitu miskinnya sehingga ia nyaris tidak memiliki apa-apa lagi, ia sudah tidak memiliki rumah untuk tinggal dan tempat tidur untuk tidur, kecuali pakaian yang dikenakannya dan sedikit roti di tangannya yang diberikan kepadanya oleh orang yang menaruh iba kepadanya.
Tetapi gadis kecil ini baik hati dan saleh. Karena gadis kecil ini tidak memiliki rumah dan tempat untuk berteduh lagi, ia pun memutuskan untuk melakukan perjalanan ke alam terbuka dan mempercayakan nasibnya kepada Tuhan.
Si Gadis Kecil mengumpulkan kepingan emas yang jatuhDi perjalanan, ia bertemu dengan orang miskin yang berkata kepadanya, "Ah, berilah aku sesuatu untuk dimakan, aku sangat lapar!" Si Gadis Kecil ini memberikan seluruh rotinya kepada orang tersebut sambil berkata, "Semoga Tuhan memberikan berkah untukmu," lalu melanjutkan perjalanannya.
Tidak lama kemudian, datanglah seorang anak yang mengerang sambil berkata, "Kepalaku sangat dingin, berikanlah aku sesuatu untuk menutupinya." Si Gadis Kecil pun melepaskan kerudungnya dan memberikannya kepadanya.
Ketika ia berjalan sedikit lebih jauh, ia bertemu dengan seorang anak lain yang tidak memiliki jaket dan menggigil kedinginan. Ia pun memberikan jaketnya kepada anak tersebut.
Dan saat berjalan sedikit lebih jauh lagi, ia menemui seorang anak yang meminta jubah luarnya, dan ia pun menyerahkan jubah luar itu juga.
Akhirnya ia masuk ke hutan dan saat itu hari sudah menjadi gelap, dan datang lagi seorang anak yang lain dan meminta gaun yang dipakainya. Gadis kecil yang baik hati ini berpikir, "Hari sudah malam dan gelap, tidak ada yang melihat saya lagi apabila saya memberikan gaun saya dan anak ini kedinginan dan lebih membutuhkannya" dan saat ia berpikir seperti itu, tiba-tiba bintang-bintang yang terlihat terang di langit, seolah-olah turun dan bertaburan di sekelilingnya, dan saat ia mengambil dan memperhatikan benda berkilau yang jatuh itu, yang dilihatnya adalah kepingan-kepingan uang emas yang sangat banyak, dan saat itu juga, gaun yang dikenakannya berubah menjadi gaun yang sangat indah dan terbuat dari kain yang terbaik. Gadis kecil inipun mengumpulkan semua kepingan emas yang jatuh dan semenjak itu, ia menjadi kaya-raya sampai akhir hidupnya.

Keledai dan Garam Muatannya


Keledai dan keranjang sponsSeorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.

Kelinci dan Telinganya yang Panjang


Kelinci menjadi ketakutan saat melihat bayangan telinganya yang seperti tanduk panjangSeekor singa terluka karena tersedak oleh sebuah tanduk kambing hutan yang tidak sengaja tertelan sewaktu makan. Dia menjadi sangat marah dan menganggap bahwa semua hewan yang menjadi mangsanya seharusnya tidak memiliki tanduk yang berbahaya seperti itu, yang dapat membuatnya terluka saat makan. Karena itu dia lalu memerintahkan semua hewan yang memiliki tanduk, segera meninggalkan hutannya dalam waktu satu hari.
Perintahnya membuat semua hewan dalam hutan menjadi ketakutan. Semua hewan yang memiliki tanduk, secepatnya berkemas-kemas dan meninggalkan hutan tersebut. Termasuk seekor kelinci, yang kita tahu, tidak memiliki tanduk. Kelinci tersebut begitu khawatirnya sampai susah tidur di malam itu dan bermimpi buruk tentang singa.
Dan ketika dia keluar dari sarangnya di pagi hari, dilihatnya bayangan dirinya di tanah, dengan telinganya yang panjang, seolah-olah dia memiliki tanduk yang sangat panjang, sang Kelinci menjadi sangat ketakutan.
"Selamat tinggal tetanggaku semua," katanya. "Saya akan meninggalkan hutan ini. Sang Singa pasti menganggap bahwa telinga saya ini adalah tanduk, walaupun itu tidak benar."
Jangan biarkan musuhmu memiliki alasan untuk menjatuhkan kamu.

Keledai Bodoh dan Anjing Kesayangan Tuannya



Di suatu masa, hiduplah seekor keledai yang tuannya memiliki seekor anjing juga. Anjing ini merupakan kesayangan tuannya dan sering menerima banyak tepukan, belaian dan kata-kata manis, beserta makanan enak yang langsung berasal dari piring tuannya. Setiap hari  anjing ini akan berlari menyambut tuannya, bermain-main dengan gembira, melompat naik ke pangkuan tuannya sambil menjilati tangan dan wajah tuannya.
Sang Keledai bertindak seperti anjing kesayangan tuannyaSemua ini disaksikan oleh sang keledai dengan rasa cemburu. Walaupun ia mendapatkan makanan yang cukup, ia tetap harus bekerja keras; disamping itu, tuannya jarang memperhatikan sang keledai.
Sekarang sang Keledai yang iri hati, memiliki gagasan konyol untuk mengambil hati tuannya, dan mencoba bertindak seperti anjing tuannya. Jadi suatu ketika, ia meninggalkan kandangnya dan masuk ke rumah dengan bersemangat.
Melihat tuannya yang sedang makan di meja makan, ia lalu menendang-nendangkan kakinya ke atas, dengan ringkikan parau, melompat-lompat dan berlari mengelilingi meja makan. Lalu ia pun meletakkan kedua kaki depannya di pangkuan tuannya dan menjilatkan lidahnya ke wajah tuannya, persis seperti apa yang biasanya di lakukan oleh sang Anjing. Tetapi karena berat, keledai dan tuannya jatuh bergulingan di atas piring-piring yang pecah dan jatuh dari meja.
Tuannya yang terkejut dengan kelakukan aneh sang Keledai, berteriak minta tolong, dan tidak lama kemudian beberapa pelayan datang. Saat melihat betapa berbahayanya tindakan sang Keledai terhadap tuannya, mereka mengambil kayu dan mengusir keledai itu keluar kembali ke kandangnya. Di sanalah sang Keledai duduk dan menyesali kebodohannya yang hanya membawa pukulan di tubuhnya.
Jangan mencoba mencari perhatian dengan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan sifat dan karaktermu.

Katak yang bermulut besar



Katak tua mengumumkan bahwa dirinya bisa menyembuhkan segala penyakitSeekor katak tua mengumumkan ke semua tetangganya bahwa dia telah belajar menjadi seorang dokter dan dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Seekor rubah yang menjadi tetangganya, bergegas menemui sang Katak Tua ini. Dia lalu mengamati sang Katak dengan cermat.
"Tuan Katak," kata sang Rubah, "Saya diberi tahu bahwa kamu bisa menyembuhkan penyakit apapun! tetapi coba lihat dirimu sendiri, dan cobalah beberapa obat buatanmu untuk dirimu sendiri juga. Jika kamu bisa menyembuhkan kerutan-kerutan pada kulitmu dan penyakit rematik yang sekarang kamu derita, orang akan percaya kepadamu. Kalau tidak sembuh, saya menyarankan agar kamu mengganti pekerjaanmu."
Siapa yang ingin memperbaiki orang lain, seharusnya memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu.

Kakak beradik



Seorang anak laki-laki menarik tangan adik perempuannya dan berkata: "Lihat, kita tidak pernah merasakan kebahagiaan semenjak ibu kita meninggal. Ibu tiri kita selalu memukuli kita setiap hari, dan kita tidak berani berada di dekatnya karena dia selalu menendang kita untuk menjauh darinya. Kita tidak pernah dapat makanan yang baik kecuali remah-remah dan sisa-sisa roti. Seandainya saja ibu kita masih hidup dan tahu semua penderitaan kita ini! Mari ikutlah denganku, mari kita tinggalkan rumah ini."
Lalu kakak beradik itupun meninggalkan rumah ibu tirinya, berjalan seharian penuh, dan saat hujan turun dengan deras adik perempuannya berkata: "Surga dan hati kita menangis bersama."
Menjelang malam, mereka tiba di sebuah hutan yang besar, dan mereka merasa sangat kelelahan dan kelaparan setelah berjalan jauh. Mereka menemukan satu celah di pohon yang berlubang dan masuk ke celah pohon tersebut dan jatuh tertidur dengan cepat.
Pagi harinya, ketika mereka bangun, matahari bersinar terang dan membawa kehangatan, kakaknya berkata:
"Saya sangat haus, adik kecilku; Jika saja saya bisa menemukan air sungai, saya akan meminumnya disana. Saya serasa mendengarkan aliran sungai di dekat sini." Dia lalu melompat bangun, menarik tangan adik perempuannya dan mencari-cari anak sungai tersebut.
Saat itu ibu tirinya yang sebenarnya adalah seorang penyihir, tahu bahwa kedua anak tirinya telah lari meninggalkan rumah. Dia kemudian diam-diam mengejar mereka. Ketika tahu bahwa mereka kehausan, dia lalu memberi mantra sihir pada semua aliran air yang ada di hutan.
Saat kakak beradik itu menemukan sebuah anak sungai yang bening, sang Kakak langsung ingin meminumnya, tetapi saat itu adik perempuannya mendengar bisikan: "Siapa yang meminumku akan berubah menjadi harimau! siapa yang meminumku akan berubah menjadi harimau!"
Sang adik langsung berteriak, "Kakak, janganlah meminumnya, karena kamu akan berubah menjadi harimau dan akan menerkamku nanti." Sang kakak walaupun merasa kehausan, tidak jadi meminumnya. "Baiklah," katanya, "Kita akan mencari mata air yang lain saja."
Ketika mereka menemukan mata air sungai yang kedua, sang adik mendengarkan suara berbisik: "Siapa yang meminumku akan menjadi serigala, siapa yang meminumku akan menjadi serigala!" dan sang adik langsung berteriak, "Kakak, jangan meminum air disini, karena kamu akan berubah menjadi serigala dan menerkamku." Kembali sang kakak tidak jadi meminumnya dan berkata: "Baiklah, saya masih bisa menahan rasa hausku sampai bertemu dengan mata air yang ketiga."
Dan ketika mereka menemukan mata air sungai yang ketiga, sang adik mendengar bisikan: "Siapa yang meminumku akan berubah menjadi rusa! siapa yang meminumku akan menjadi rusa!" Lalu sang adik memohon, "Kakak, janganlah minum dulu di sini, atau kamu akan berubah menjadi rusa dan lari dariku." Tetapi sang kakak yang sudah sangat kehausan sudah berlutut dan meminum airnya, dan begitu bibirnya menyentuh air sungai itu, dia kemudian langsung berubah menjadi seekor rusa kecil.
Adik perempuan dan kakak yang berubah menjadi rusaSang adik perempuan menangis melihat kakaknya yang telah disihir, begitu pula kakaknya yang telah berubah menjadi rusa ikut menangis di pangkuannya. Akhirnya sang adik berkata: "Tak apa, saya tidak akan meninggalkan kamu sendirian," kemudian dia mengambil sabuk emas miliknya dan mengikatnya di sekeliling leher rusa itu. Lalu dia mengambil selendangnya dan menjadikannya tali yang diikatkan ke sabuk yang melingkar di leher sang rusa. Dia kemudian berjalan bersama sang rusa hingga makin jauh masuk ke dalam hutan, dimana akhirnya mereka menemukan rumah yang kosong dan tidak dihuni lagi. Sang adik memutuskan untuk bermalam dan tinggal di sana bersama sang Rusa.
Setelah beberapa tahun lamanya hidup di hutan ini, suatu hari Raja masuk ke hutan tersebut untuk berburu, sehingga hutan tersebut di penuhi dengan derap-derap kaki kuda, tiupan terompet dari tanduk, dan gonggongan anjing pemburu serta teriakan-teriakan pemburu. Mendengar terompet berburu, sang Rusa menjadi gelisah dan ingin keluar dari rumah itu.
"Ah!" katanya kepada adik perempuannya, "Biarkan saya keluar! saya tidak tahan mendengar terompet itu." Dia terus memohon hingga adik perempuannya menyetujuinya dengan sedih hati. "Tetapi," katanya, "kamu harus kembali sebelum malam. Saya akan mengunci pintu saya karena takut pada pemburu tersebut, jadi untuk mengetahui yang datang itu adalah kamu atau bukan, ketuklah pintuku dan katakan, "Adik tersayang, bukalah pintu, saya ada di luar sini." "Jika kamu tidak berkata apa-apa, saya tidak akan membukakan kamu pintu."Akhirnya sang Rusa setuju dan berlari keluar di alam bebas.
Secepatnya Raja dan pemburu-pemburunya melihat rusa yang indah itu dan melakukan pengejaran, tetapi mereka tidak pernah dapat mengejar dan menemukannya. Saat malam tiba, sang Rusa pulang ke rumah dan mengetuk pintu sambil berkata: "Adik tersayang, bukalah pintu, saya ada di luar sini." Kemudian pintu terbuka dan sang Rusa lalu beristirahat di dalam rumah tersebut.
Keesokan hari ketika perburuan di mulai kembali, dan mendengar terompet di tiupkan, sang Rusa kembali meminta agar adik perempuannya membiarkan dia keluar. Seperti hari kemarin, adiknya membiarkan dia keluar dari rumah dengan sedih.
Saat Raja berburu kembali, dia dan pemburunya melihat sang Rusa dengan sabuk emas di lehernya, dan mulai mengejarnya kembali, hampir seharian penuh mereka mengejar rusa tersebut dan akhirnya sang Rusa terkepung dan sedikit terluka di kaki sehingga sang Rusa tidak dapat berlari kencang lagi. Para pemburu yang mengepung rusa tersebut melihat sang Rusa lari ke sebuah rumah dan mengetuk pintu dan berkata: "Adik tersayang, bukalah pintu, saya ada di luar sini." Pemburu melihat kejadian itu dan melaporkan kepada Raja apa saja yang dilihat mereka. "Esok hari kita akan berburu lagi." kata sang Raja.
Sang Adik saat membuka pintu dan melihat sang Rusa terluka menjadi sangat ketakutan dan bersedih. Dia lalu membersihkan luka dan membalut luka itu dengan ramuan dari daun-daunan. Setelah itu dia berkata, "Pergilah beristirahat agar kamu cepat sembuh."
Keesokan harinya, luka di kaki sang Rusa mulai membaik dan sang Rusa meminta kembali agar diijinkan keluar, "Saya harus keluar, saya akan berhati-hati agar mereka tidak menangkap saya." kata sang Rusa. Sang Adik menangis dan berkata, "Mereka pasti akan menangkapmu kali ini, dan saya akan mejadi sendirian di hutan ini. Saya tidak dapat membiarkan kamu keluar." Sang Rusa membalas, "Kalau begitu, mungkin saya akan meninggal karena bersedih di sini." Akhirnya sang Adik membiarkan sang Rusa keluar dengan hati yang berat.
Saat sang Raja berburu dan melihat Rusa itu, dia berkata kepada pemburunya, "Sekarang kejar dan tangkaplah rusa itu, tetapi jangan sampai melukainya." dan para pemburunya berhasil menangkap sang Rusa. Ketika hari menjelang malam, sang Raja berkata kepada para pemburunya: "Sekarang tunjukkanlah saya dimana rumah kecil di tengah hutan yang kamu lihat itu." Dan mereka bersama-sama pergi ke rumah kecil itu dan sang Raja lalu mengetuk pintu dan berkata, "Adik tersayang, bukalah pintu, saya ada di luar sini." Ketika pintu terbuka, sang Raja melihat seorang gadis yang sangat cantik berdiri di dalam rumah itu.
Sang gadis yang merupakan adik dari sang Rusa menjadi terkejut karena bukan sang Rusa yang mengetuk pintunya, melainkan sang Raja sendiri. Dan Raja tersebut dengan ramah memegang tangannya dan berkata, "Maukah kamu ikut bersamaku ke istana?", "Ya, tetapi saya tidak dapat meninggalkan rusa ku sendirian di sini." Sang Raja lalu berkata, "Rusamu boleh ikut kemanapun kamu pergi." dan saat itu sang Rusa di lepas oleh para pemburu dan berlari ke arah adik perempuannya.
Akhirnya sang Raja membawa sang Gadis beserta rusanya ke istana, dan tidak berapa lama kemudian sang Raja menikahi gadis tersebut.
Saat ibu tiri dari kakak beradik mendengar kabar tersebut, hatinya menjadi dengki dan putrinya kandungnya yang memiliki mata cuma satu, mendatanginya dan berkata, "Saya seharusnya yang mendapatkan keberuntungan dan menjadi Ratu." "Tenanglah," kata sang Ibu tiri, "Kamu akan mendapatkannya ketika saatnya telah tiba,"
Tiba suatu saat ketika Raja sedang berburu di hutan, sang Adik yang telah menjadi Ratu melahirkan seorang anak laki-laki, Ibu tiri yang penyihir menjalankan rencananya, dengan menyamar menjadi seorang pelayan, dia memberi racun sihir pada sang Ratu dan sang Ratu pun lenyap terkena racun sihir itu. Kemudian ibu tiri itu dengan cepat mendandani anak gadisnya dengan sihirnya agar sama seperti sang Ratu. Tetapi walaupun ibu tiri itu mempunyai sihir, dia tidak dapat menyamarkan mata putrinya yang hanya satu itu dan mencari alasan yang baik agar raja tidak menyadari perbedaannya.
Sang Raja menjadi sangat gembira mendengar bahwa sang Ratu telah melahirkan anak laki-laki, saat dia ingin menjenguk sang Ratu, Ibu tiri yang menyamar menjadi pelayan berpesan kepada Raja agar tidak membiarkan sinar mengenai mata dan tidak membuka tirai jendela atau menyalakan lilin yang terang di dalam kamar, karena sang Ratu masih lemah. Raja tidak pernah menyadari bahwa yang selalu di temui itu bukanlah sang Ratu yang asli.
Sang Ratu dan BayinyaSetelah kejadian itu, di ruangan di mana bayi itu ditidurkan, perawat yang menjaga bayi sering melihat pintu kamar tersebut dibuka oleh seorang wanita yang mirip sekali dengan Ratu. dan dengan perlahan-lahan orang yang mirip Ratu itu mengangkat sang bayi dari buaian, menggendongnya, menidurkannya kembali, lalu pergi ke sudut kamar bayi, dimana sang Rusa selalu berbaring, mengelus punggung sang Rusa, dan diam-diam kembali keluar dari kamar tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kejadian tersebut berulang terus menerus dan setiap kali perawat yang menjaga bayi tersebut bertanya ke penjaga pintu, mereka selalu mengatakan tidak melihat satu orang pun masuk ke dalam ruangan itu. Karena ketakutan, perawat tersebut tidak pernah menyampaikan apa yang dilihatnya kepada siapapun.
Suatu malam, kejadian tersebut terulang kembali, tetapi kali ini orang yang mirip dengan Ratu tersebut bertanya kepada sang perawat: "Apakah anakku baik-baik saja? Apakah Rusaku baik-baik saja? Saya akan datang dua kali lagi lalu mengucapkan selamat tinggal." Perawat yang ketakutan, tidak menjawab apa-apa dan setelah kepergian sang Ratu yang asli itu, dia lalu melaporkan hal tersebut pada Raja. Raja lalu terkejut dan berkata, "Apa yang kamu katakan itu? saya akan ikut melihat dan mengawasi kamar tidur anakku nanti malam."
Ketika malam tiba, sang Ratu yang asli muncul kembali dan bertanya kepada sang perawat: "Apakah anakku baik-baik saja? Apakah Rusaku baik-baik saja? Saya akan datang sekali lagi lalu mengucapkan selamat tinggal." Saat itu Raja yang bersembunyi di kamar tersebut, tidak keluar dari persembunyiannya, dan tidak mengucapkan apa-apa.
Dihari berikutnya sang Raja ikut kembali mengawasi kamar tidur anak bayinya, dan ketika sang Ratu yang asli datang dan berkata: "Apakah anakku baik-baik saja? Apakah Rusaku baik-baik saja? Saya datang kali ini untuk mengucapkan selamat tinggal." Sang Raja tidak dapat menahan dirinya lagi dan melompat keluar dari persembunyiannya dan berkata, "Kamu adalah istriku yang tercinta!"
"Ya," kata sang Ratu, "Saya adalah istrimu!" saat itu sihir yang mengikat sang Ratu menjadi musnah, sang Ratu menjadi pulih seperti sedia kala seperti tidak pernah mengalami hal apapun. Kemudian sang Ratupun menceritakan semua kisahnya dan betapa kejamnya perlakuan ibu tirinya. Raja langsung menangkap sang Ibu tiri dan anaknya serta menghukum mereka. Setelah ibu tiri yang penyihir itu mendapatkan hukumannya, sihir yang mengikat sang Rusa akhirnya menjadi musnah juga, dan sang Rusa kembali ke bentuk manusia kembali. Akhirnya kakak beradik tersebut dapat hidup dengan bahagia selama-lamanya.

Katak dan Permata



Pada suatu masa, ada seorang wanita yang telah menjanda dan memiliki dua orang putri. Putri tertua memiliki wajah dan perangai yang sangat mirip dengan ibunya sehingga orang sering berkata bahwa siapapun yang melihat putri tertua tersebut, sama dengan melihat ibunya. Mereka berdua mempunyai sifat jelek yang sama, sangat sombong dan tidak pernah menghargai orang lain.
Putri yang termuda, merupakan gambaran dari ayahnya yang telah meninggal, sama-sama memiliki sifat baik hati, senang membantu orang dan sangat sopan. Banyak yang menganggap bahwa putri termuda adalah wanita yang tercantik yang pernah mereka lihat.
Karena kecenderungan orang untuk menyukai hal yang sama dengan diri mereka, ibunya menjadi sangat sayang kepada putri yang tertua, sedangkan putri yang termuda diperlakukan dengan buruk, putri termuda sering disuruhnya bekerja tanpa henti dan tidak boleh bersama mereka makan di meja makan. Dia hanya diperbolehkan makan di ruang dapur sendiri saja.
Putri yang termuda sering dipaksa dua kali sehari untuk mengambil air  dari sumur yang letaknya sangat jauh dari rumah mereka. Suatu hari ketika putri yang termuda berada di mata air ini, datanglah seorang wanita tua yang kelihatan sangat miskin, yang memintanya untuk mengambilkan dirinya air minum.
"Oh! ya, dengan senang hati," kata gadis cantik ini yang dengan segera mengambil kendinya, mengambil air dari tempat yang paling jernih di mata air tersebut, dan memberikan kepada wanita itu, sambil membantu memegang kendinya agar wanita tua itu dapat minum dengan mudah.
Setelah minum, wanita tersebut berkata kepada putri termuda:
Putri termuda dan wanita tua"Kamu sangat cantik, sangat baik budi dan sangat sopan, saya tidak bisa tidak memberikan kamu hadiah." Ternyata wanita tua tersebut adalah seorang peri yang menyamar menjadi wanita tua yang miskin untuk melihat seberapa jauh kebaikan hati dan kesopanan putri termuda. "Saya akan memberikan kamu sebuah hadiah," lanjut sang Peri, "Mulai saat ini, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar sebuah bunga atau sebuah batu berharga."
Ketika putri termuda yang cantik ini pulang kerumah, dimana saat itu ibunya memarahinya karena menganggap putri termuda tersebut terlalu lama kembali dari mengambil air.
"Saya minta maaf, mama," kata putri termuda, "karena saya terlambat pulang."
Saat mengucapkan kata itu, dari mulutnya keluarlah dua buah bunga, dua buah mutiara dan dua buah permata.
"Apa yang saya lihat itu?" kata ibunya dengan sangat terkejut, "Saya melihat mutiara dan permata keluar dari mulutmu! Bagaimana hal ini bisa terjadi, anakku?"
Untuk pertama kalinya ibunya memanggilnya dengan sebutan 'anakku'.
Putri termuda kemudian menceritakan semua kejadian yang dialami secara terus terang, dan dari mulutnya juga berturut-turut keluarlah permata yang tidak terhitung jumlahnya.
"Sungguh mengagumkan," kata ibunya, "Saya harus mengirim anakku yang satu lagi kesana." Dia lalu memanggil putri tertua dan berkata "Kemarilah, lihat apa yang keluar dari mulut adikmu ketika dia berbicara. Apakah kamu tidak ingin memiliki hal yang dimiliki adikmu? Kamu harus segera berangkat ke mata air tersebut dan apabila kamu menemui wanita tua yang meminta kamu untuk mengambilkan air minum, ambilkanlah untuknya dengan cara yang sangat sopan."
"Adik termuda pasti sangat senang melihat saya mengambil air dari mata air yang jauh," katanya dengan cemberut.
"Kamu harus pergi, sekarang juga!" kata ibunya lagi.
Akhirnya putri tertua berangkat juga sambil mengomel di perjalanan,  sambil membawa kendi terbaik yang terbuat dari perak.
Tidak lama kemudian dia tiba di mata air tersebut, kemudian dia melihat seorang wanita yang berpakaian sangat mewah keluar dari dalam hutan, mendekatinya, dan memintanya untuk mengambilkan air minum. Wanita ini sebenarnya adalah peri yang bertemu dengan adiknya, tetapi kali ini peri tersebut menyamar menjadi seorang putri bangsawan.
"Apakah saya datang kesini," kata putri tertua dengan sangat sombong, "hanya untuk memberikan kamu air? dan kamu pikir saya membawa kendi perak ini untuk kamu? Kalau kamu memang mau minum, kamu boleh meminumnya jika kamu merasa pantas."
"Kamu keterlaluan dan berlaku tidak sopan," jawab sang Peri, "Baiklah, mulai sekarang, karena kamu sangat tidak sopan dan sombong, saya akan memberikan kamu hadiah, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar seekor ular atau seekor katak."
Saat dia pulang, ibunya yang melihat kedatangannya dengan gembira menyambutnya dan bertanya:
"Bagaimana, anakku?"
"Bagaimana apanya, ma?" putri tertua menjawab dengan  cara yang tidak sopan, dan dari mulutnya keluarlah dua ekor ular berbisa dan dua ekor katak.
"Oh! ampun," kata ibunya; "apa yang saya lihat ini? Oh! pastilah adik mu yang sengaja telah merencanakan kejadian ini,  tapi dia akan mendapatkan hukumannya"; dan dengan segera dia berlari mendekati putri termudanya dan memukulnya. Putri termuda kemudian lari menjauh darinya dan bersembunyi di dalam hutan yang tidak jauh dari rumahnya agar tidak mendapat pukulan lagi.
Seorang anak Raja, yang baru kembali dari berburu di hutan, secara kebetulan bertemu dengan putri termuda yang sedang menangis. Anak Raja tersebut kagum akan kecantikan putri termuda kemudian bertanya mengapa putri tersebut sendirian di dalam hutan dan menangis terisak-isak.
"Tuanku, ibu saya telah mengusir saya dari rumah."
Saat itu, anak Raja melihat lima atau enam mutiara dan permata keluar dari mulut putri termuda, dia menjadi penasaran dan meminta putri termuda menceritakan mengapa dari mulutnya keluar permata saat berkata sesuatu. Putri termuda kemudian menceritakan semua kisahnya, dan anak Raja tersebut menjadi bertambah kagum akan kebaikan hati dan kesopanan tutur kata putri termuda. Anak Raja menjadi jatuh hati pada putri termuda dan beranggapan bahwa putri termuda sangat pantas menjadi istrinya. Anak Raja akhirnya mengajukan lamaran dan menikahi putri termuda.
Sedangkan putri tertua, membuat dirinya sendiri begitu dibenci oleh ibunya sendiri karena kelakuannya yang sangat buruk dan di usir keluar dari rumah. Putri tertua akhirnya menjadi terlantar karena tidak memiliki rumah lagi, dia lalu masuk ke dalam hutan dan mulai saat itu, orang tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi.

Harimau, Petapa, dan Anjing Hutan yang cerdik


Suatu masa, seekor harimau terperangkap dalam satu perangkap kandang. Harimau tersebut mencoba dengan sia-sia untuk lolos dari tiang-tiang besi kandang dan berguling-guling dalam keadaan marah dan sedih ketika gagal lepas dari perangkap.
Kebetulan saat itu lewatlah seorang petapa. "Lepaskan saya dari kurungan ini, oh petapa yang saleh!" teriak sang Harimau.
"Tidak, temanku," balas Petapa secara halus, "Kamu mungkin akan memangsa saya jika saya melakukannya."
"Tidak akan!" sumpah sang Harimau; "sebaliknya, Saya akan sangat berterima kasih sekali dan akan menjadi budakmu!"
Setelah sang Harimau menangis dan mengeluh sambil menggerutu, hati petapa menjadi lunak dan akhirnya membuka pintu kandang. Melompatlah sang Harimau keluar, menerjang petapa yang sial, lalu berteriak, "Betapa bodohnya kamu! Tak ada yang bisa menghalangi saya untuk memangsa kamu sekarang, apalagi saya sangat lapar sekali!"
Petapa dan Harimau yang dilepaskan dari kandang
Dengan ketakutan sang Petapa memohon agar dibiarkan hidup; akhirnya sang Petapa berjanji akan bertanya kepada tiga mahluk tentang keadilan dan Petapa itu juga berjanji akan memenuhi keputusan yang diberikan oleh tiga mahluk tersebut.
Jadilah Petapa itu bertanya kepada sebuah pohon yang besar tentang hal keadilan, dan sang Pohon menjawab dengan dingin, "Apa yang kamu keluhkan? Saya memberikan keteduhan dan tempat bernaung bagi semua yang lewat, dan mereka membalas ku dengan mematahkan cabang-cabangku untuk dimakankan ke ternak mereka? Jangan cengeng, bertindaklah seperti laki-laki!"
Kemudian petapa dengan hati sedih, melihat seekor sapi yang menarik gerobak dan bertanya tentang keadilan, "Kamu sangat bodoh karena mengharapkan terima kasih! Lihat saja saya! Dulunya saat saya memberikan mereka susu, mereka memberikan saya makanan yang enak, tetapi saat saya tidak lagi bisa memberikan susu, saya dipaksa menarik gerobak dan bajak, dan tidak lagi mendapatkan makanan lezat!"
Petapa yang sedih lalu bertanya kepada sebuah jalan.
"Tuan," kata sang Jalan, "betapa bodohnya engkau mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin! Lihatlah saya, sangat berguna ke semua orang, kaya, miskin, besar, kecil, tetapi mereka tidak memberikan saya apa-apa selain debu dan kotoran!"
Akhirnya petapa ini berbalik untuk kembali dan di tengah jalan dia bertemu dengan seekor anjing hutan yang bertanya, "Ada masalah apa tuan Petapa? Anda terlihat sangat sedih seperti ikan kehilangan air!"
Petapa lalu menceritakan segala hal yang terjadi. "Sungguh membingungkan!" kata sang Anjing Hutan, maukah anda mengulang cerita anda kembali, karena segalanya campur aduk?"
Lalu Petapa mengulangi ceritanya kembali, dan sang Anjing Hutan masih menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti.
"Sangat aneh," katanya, "tetapi mari kita ke tempat kejadian, mungkin saya bisa memberikan penilaian."
Berdua mereka menuju ke tempat kejadian di mana saat itu sang Harimau sudah menunggu.
"Kamu pergi terlalu lama!" teriak sang Harimau, "tapi sekarang saya akhirnya bisa memulai makan siangku."
Petapa menjadi ketakutan dan memohon.
"Tunggu sebentar, tuanku!" kata sang Petapa, "saya harus menjelaskan sesuatu ke Anjing Hutan ini tentang kejadian tadi."
Sang Harimau setuju dan ikut mendengarkan penjelasan Petapa ke Anjing Hutan.
"Oh, bodohnya saya!" teriak Anjing Hutan, "Jadi sang Petapa di dalam kandang, dan sang Harimau kebetulan lewat...."
"Puuuh!" potong sang Harimau, "bodohnya kamu! Saya yang berada dalam kandang"
"Tentu saja!" kata Anjing Hutan, berpura-pura gemetar ketakutan; "Ya! Saya berada dalam kandang - tidak - duh, bodohnya saya? Coba saya lihat lagi - Harimau ada di dalam Petapa, dan sebuah kandang kebetulan berjalan lewat - tidak - sepertinya tidak begitu! duh, saya tidak akan pernah bisa mengerti!"
"Kamu bisa mengerti!" jawab sang Harimau sambil marah karena kebodohan Anjing Hutan.
"Saya yang berada dalam kandang - apakah kamu mengerti?" tanya Harimau.
"Bagaimana anda bisa berada dalam kandang, tuan Harimau?" tanya Anjing Hutan kembali.
"Bagaimana? cara biasa saja tentunya!" jawab Harimau.
"Kepalaku mulai pusing!, Jangan marah tuanku, tetapi yang anda maksud cara biasa itu bagaimana?" tanya Anjing Hutan.
Harimau menjadi kehilangan kesabaran dan melompat masuk ke dalam kandang, lalu berteriak, "Cara begini! Apakah kamu mengerti sekarang?"
"Mengerti dengan jelas!" jawab Anjing Hutan sambil tersenyum dan menutup pintu kandang rapat-rapat, "menurut saya, sebaiknya anda tetap berada di dalam kandang itu!"
Sang Petapa saat itu berterima kasih sekali kepada Anjing Hutan atas bantuan dan kecerdikannya.

Dua Orang yang Memperebutkan Bayangan Keledai



Pemilik keledai bertengkar dengan pengembara yang menyewa keledainyaSeorang pengembara menyewa seekor keledai untuk membawanya ke suatu tempat yang jauh. Pemilik keledai itu juga ikut pergi beserta pengembara itu, berjalan di sampingnya untuk menuntun sang Keledai dan menunjukkan jalan.
Jalan menuju tempat yang di tuju adalah jalan yang tandus di mana tidak ada sebatang pohon pun yang tumbuh di sepanjang jalan. Karena matahari bersinar sangat terik, pengembara itu akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak dan beristirahat, dan karena tidak ada tempat untuk berteduh dapat ditemukan di tempat itu, pengembara itu lalu duduk di bawah bayang-bayang sang Keledai.
Sekarang panas matahari juga telah mempengaruhi si pemilik keledai, sehingga pemilik keledai tersebut juga berharap untuk bisa beristirahat di bawah naungan bayangan sang Keledai, ia mulai bertengkar dengan pengembara dan mengatakan bahwa pengembara itu hanya menyewa keledainya, dan tidak termasuk bayangan dari sang Keledai.
Tidak lama kemudian, mereka saling berkelahi tanpa menyadari bahwa sang Keledai berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
Karena bertengkar memperebutkan sesuatu yang tidak nyata, kita kadang kehilangan harta yang paling utama.

Dua Belas Orang Pemburu



Pada zaman dulu, ada seorang putra raja yang bertunangan dengan seorang putri yang sangat dia cintai. Suatu hari, saat mereka duduk berduaan, sang Putra Raja menerima kabar bahwa ayahnya sedang terbaring sakit. Untuk itulah dia bergegas pulang ke istananya untuk  menjenguk ayahnya sebelum ajalnya tiba.
Jadi sang Putra Raja itu berkata kepada kekasihnya, "Aku harus pergi dan meninggalkan kamu, tetapi ambillah cincin ini dan pakailah untuk mengenangku, dan ketika aku menjadi raja, aku akan kembali ke sini dan menjemputmu ke istanaku."
Lalu dia berkuda untuk pulang ke istana kerajaannya, dan ketika dia sampai, didapatinya ayahnya sedang yang sakit keras dan sekarat hampir mendekati ajal.
Raja lalu berkata kepadanya, "Anakku tersayang, aku ingin melihat wajahmu sebelum aku meninggal. Berjanjilah kepadaku, aku mohon, bahwa kamu akan menikah sesuai dengan keinginanku," dan dia kemudian menyebutkan nama seorang putri dari kerajaan tetangga yang sangat menginginkan putra raja tersebut menjadi istrinya.
Seorang pelayan mendengarkan pembicaraan singa dan rajaKarena sangat sedih, sang Pangeran itu tidak bisa memikirkan apa-apa lagi kecuali soal kesehatan ayahnya yang semakin memburuk. Lalu dia pun menyanggupi permintaan ayahnya. "Ya, ya, Ayah. Apapun yang Ayah inginkan dari aku, akan aku laksanakan."
Tak lama setelah mendengar kesanggupan putranya, sang Raja pun menutup matanya dan meninggal dengan tenang. Tidak lama kemudian, setelah masa berkabung telah selesai dan  sang Pangeran dilantik sebagai raja, maka dia merasa harus memenuhi janji yang telah disepakatinya dengan mendiang ayahnya.
Untuk itu dia mengirimkan lamaran kepada putri raja dari kerajaan sebelah, yang langsung disetujui oleh raja dari kerajaan itu. Saat kekasih pertamanya mendengar berita tersebut, dia menjadi sangat sedih. Setiap hari dia merindukan kekasihnya hingga sakit dan hampir meninggal.
Ayah si Putri pun berkata kepadanya, "Anakku tersayang, mengapa kamu begitu sedih? Jika ada sesuatu yang kamu inginkan, katakanlah dan aku akan mengabulkannya."
Si Putri yang bermuram durja itu merenung sejenak, dan kemudian berkata, "Ayah, aku menginginkan sebelas gadis yang semirip mungkin denganku, baik tinggi badan, usia, dan penampilanku."
Raja kemudian berkata, "Jika hal itu memungkinkan, keinginanmu akan aku penuhi!"
Dia pun memerintahkan untuk mencari dan mendapatkan sebelas gadis yang mirip dengan postur tubuh maupun penampilan putrinya di seluruh penjuru kerajaannya. Kemudian sang Putri juga minta untuk dibuatkan dua belas pakaian pemburu yang persis sama antara satu dengan yang lainnya, dan kesebelas gadis itu pun memakai pakaian pemburu tersebut, dan sang Putri sendiri memakai pakaian yang kedua belas
Setelah itu, dia pamit kepada ayahnya, dan melaju bersama sebelas gadis berpakaian pemburu menuju ke kerajaan kekasihnya. Setibanya di kerajaan kekasihnya, dia pun menawarkan diri untuk menjadi pemburu kerajaan, dengan persyaratan bahwa sang Raja harus menerima mereka semua secara bersamaan.
Raja yang melihat si Putri ini, tidak mengenalinya dalam pakaian dan samarannya sebagai pemburu. Sang Raja hanya berpikir bahwa kedua belas pemburu ini semuanya masih muda dan terlihat gagah. Maka dia pun berkata, "Ya, aku dengan senang hati menerima mereka semua."
Setelah itu, resmilah mereka semua menjadi dua belas pemburu kerajaan. Sekarang, sang Raja memiliki singa yang luar biasa, karena singa tersebut bisa mengendus segala sesuatu yang tersembunyi atau bersifat rahasia.
Suatu malam sang Singa bertanya kepada sang Raja, "Jadi, Yang Mulia pikir, Yang Mulia telah mendapatkan dua belas laki-laki pemburu?"
"Ya, tentu saja," jawab sang Raja, "mereka adalah dua belas laki-laki pemburu."
"Yang Mulia keliru," kata sang  Singa, "mereka adalah dua belas orang gadis."
"Itu tidak mungkin," tegas sang Raja, "bagaimana kamu bisa membuktikan perkataanmu itu?"
"Taburkanlah sejumlah kacang polong di atas lantai di ruangan utama istana," kata sang Singa, "dan Yang Mulia akan segera mendapatkan buktinya. Pria memiliki pijakan yang kuat, sehingga saat mereka berjalan di atas kacang polong, mereka tidak akan tergelincir, tetapi semua gadis akan tergelincir akibat menginjak kacang polong yang bulat."
Sang Raja menjadi senang dengan saran sang Singa, lalu memerintahkan pelayannya untuk menaburkan kacang polong di ruang utama istana. Untungnya, salah satu pelayan sang Raja yang akrab dengan para pemburu, mendengarkan pembicaraan bahwa para pemburu akan diuji. Maka dia bergegas pergi dan melaporkan hal itu kepada dua belas pemburu.
"Sang Singa mengatakan kepada sang Raja bahwa kalian adalah wanita," ungkap si Pelayan tersebut, membeberkan membeberkan semua rencana yang didengarnya dari sang Singa.
Si Putri lalu mengucapkan terima kasih atas petunjuk si Pelayan, dan setelah si Pelayan tersebut pergi, dia berkata kepada gadis pengikutnya, "Nanti, melangkahlah dengan kuat di atas kacang polong itu."
Keesokan pagi, sang Raja memanggil kedua belas pemburu, dan pemburu tersebut berjalan di ruang utama yang telah ditaburi dengan kacang polong. Mereka melangkah dengan kuat dan tegap, sehingga tidak satu pun kacang polong berguling pindah dari tempatnya.
Setelah mereka pergi, sang Raja berkata sang Singa, "LIhatlah, sekarang kamu tidak berkata dengan benar. Nah, kamu melihat sendiri bagaimana mereka berjalan seperti umumnya laki-laki."
"Karena mereka tahu mereka sedang diuji," elak sang Singa, "sehingga mereka berupaya agar tidak tergelincir. Ujilah kembali mereka dengan menempatkan selusin alat tenun di ruang utama. Ketika mereka melewati alat tenun tersebut, Yang Mulia akan melihat betapa senangnya mereka, berbeda dengan laki-laki."
Sang Raja pun senang dengan saran tersebut, dan memerintahkan pelayannya untuk menempatkan dua belas alat tenun di ruang utama istana. Tetapi pelayan yang baik hati ini melaporkan kembali kepada para pemburu tentang rencana sang Raja. Tidak lama kemudian, setelah sang Putri sendirian dan kembali bersama gadis pengikutnya, dia berkata, "Sekarang, berupayalah lebih keras, bahkan jangan pernah melirik ke alat tenun itu nanti."
Ketika Raja memanggil dua belas pemburu pada keesokan harinya, mereka berjalan melalui ruang utama tanpa melirik ke alat tenun yang sengaja di tempatkan di sana. Sesaat setelah itu, sang Raja kembali berkata kepada sang Singa, "Kamu telah membodohi aku lagi, mereka adalah laki-lak karena mereka tidak pernah melirik ke alat tenun di sana."
Singa itu menjawab, "Mereka tahu bahwa mereka sedang diuji, dan mereka berupaya keras menekan perasaan mereka."
Namun sang Raja menjadi tidak percaya lagi kepada sang Singa. Jadi dua belas pemburu ini tetap terus mengikuti ke manapun sang Raja pergi, dan setiap hari sang Raja semakin senang dengan mereka.
Suatu hari, di saat mereka semua keluar untuk berburu, datanglah berita yang mengatakan bahwa calon pengantin sang Raja sedang berada dalam perjalanan, dan akan tiba dalam waktu dekat di kerajaannya. Ketika sang Putri yang menyamar menjadi pemburu mendengar hal ini, dia merasa sangat sakit hati dan seolah-olah ada sebilah pisau yang menusuk hatinya. Dia pun terjatuh pingsan karenanya.
Sang Raja yang merasa khawatir  bahwa sesuatu telah terjadi pada pemburu kesayangannya, berlari untuk membantu, dan mulai menarik sarung tangan sang Pemburu agar terbuka. Saat itulah dia melihat cincin yang pernah diberikan kepada kekasihnya yang pertama. Saat sang Raja menatap dengan jelas wajah sang Putri yang berada di balik kedok samarannya, maka dia langsung mengenali wajah sang Putri.
Pada saat sang Putri membuka matanya, sang Raja berkata, "Aku adalah milikmu dan kamu adalah milikku, dan tidak ada kekuatan di bumi yang bisa mengubah hal ini."
Untuk si Putri yang berada dalam perjalanan menuju kerajaannya, sang Raja mengirimkan utusan untuk memohon agar dia kembali saja ke kerajaannya sendiri. "Karena aku telah menemukan istriku, dan siapapun yang telah menemukan kunci lamanya, tidak memerlukan kunci yang baru lagi," demikian pesan yang dibawa oleh utusan sang Raja kepada si Putri dari kerajaan sebelah.
Tidak lama kemudian, pernikahan antara sang Raja dan sang Putri yang dicintainya itu dirayakan dengan meriah dan mewah. Sementara itu, sang Singa kembali menjadi hewan kesayangan sang Raja sebab semua yang telah dikatakannya sesungguhnya adalah benar.

Burung Lark yang Bersarang di Ladang Gandum



Seekor burung Lark (*burung jenis ini, tidak membangun sarangnya di pohon, tetapi di permukaan tanah) membangun sarangnya di permukaan tanah pada suatu ladang gandum. Seiring dengan berjalannya waktu, gandum ini tumbuh makin tinggi, begitu pula dengan anak-anak burung Lark yang tumbuh makin kuat. Suatu hari, ketika biji-biji gandum yang terlihat kuning keemasan terayun-ayun saat tertiup angin, sang Petani dan anaknya datang ke ladang tersebut.
"Gandum ini telah siap untuk kita panen," kata sang Petani. "Kita harus memanggil tetangga-tetangga dan teman-teman untuk membantu kita memanennya."
Anak-anak burung memberi tahu induknya, pembicaraan yang mereka dengarkan dari sang PetaniAnak-anak burung Lark yang masih muda dan kebetulan mendengar pembicaraan tersebut menjadi takut, karena mereka mengerti bahwa hidup mereka berada dalam keadaan bahaya apabila mereka tidak pindah dari sarangnya saat para pemanen datang. Ketika induk burung datang membawakan mereka makanan, mereka langsung menceritakan apa yang telah mereka dengarkan.
"Janganlah takut anak-anakku," kata sang Induk Burung. "Jika petani mengatakan akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya mengerjakan pekerjaannya, gandum-gandum ini tidak akan dipanen dalam waktu dekat.
Beberapa hari kemudian, gandum-gandum di ladang menjadi sangat matang, dan disaat angin bertiup menggoyangkan batangnya, beberapa butir biji gandum jatuh bertaburan di atas kepala burung Lark yang masih muda.
"Jika gandum ini tidak kita panen dalam waktu dekat," kata sang Petani, "kita akan kehilangan setengah dari hasil panen. Kita tidak dapat menunggu datangnya bantuan dari teman-teman kita. Besok kita harus memulai pekerjaan kita, tanpa bantuan orang lain."
Ketika burung Lark muda memberi tahu induknya tentang segala sesuatu yang mereka dengar dari sang Petani, Induknya berkata:
Kalau begitu, kita harus meninggalkan sarang ini secepatnya. Saat seorang manusia mengambil keputusan untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa tergantung pada orang lain, yakinlah bahwa mereka tidak akan menunda pekerjaannya lagi."
Sore itu juga, semua anak-anak burung mengepak-ngepakkan sayapnya dan mencoba untuk terbang, dan saat matahari terbit pada keesokan harinya, Petani dan anak-anaknya mulai bekerja memotong dan memanen gandum yang telah matang. Di ladang gandum tersebut, mereka menemukan sebuah sarang burung Lark yang telah kosong dan ditinggalkan oleh penghuninya.
Bekerja sendiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain, adalah hal yang terbaik.

Biji Pohon Oak Dan Labu


Semua yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna, untuk membuktikannya saya tidak perlu mengelilingi dunia untuk mencarinya, Saya dapat menemukan kesempurnaan itu di dalam sebuah labu.
Orang desa yang sedang berpikir tentang batang labu yang kecil dan kurusSeorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh. "Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak. Seharusnya disanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri, "Sebagai contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya di gantungkan pada batang labu yang kurus ini."
Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.
Saat itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan mengeluarkan darah. "Aduh.. aduh..!" teriaknya, "Hidungku berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah labu? Saya tadinya meragukan ciptaanNya, sekarang saya telah mengerti semuanya dengan sempurna."
Lalu sang Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke rumahnya.

Banteng Yang Berkelahi dan Katak di Rawa-rawa



Katak melihat perkelahian banteng dengan hati was-wasDua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa menjadi gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.
"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.
"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan terdorong menuju ke rawa-rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk ke dalam lumpur?"
Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah terdorong sampai ke rawa-rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas.
Saat sesuatu yang besar berkelahi dan terjatuh, yang kecil turut mengalami penderitaan.

Anjing di dalam Kandang Kerbau



Anjing yang tidak membiarkan kerbau untuk makan jeramiSeekor anjing yang tidur pulas di sebuah kandang sapi yang penuh dengan tumpukan jerami, dibangunkan oleh kerbau-kerbau yang kelelahan dan kelaparan sehabis bekerja di ladang. Tetapi sang Anjing tidak membiarkan kerbau-kerbau tersebut mendekati kandang. Anjing tersebut menggeram-geram dan mengancam menggigit seolah-olah kandang tersebut penuh dengan daging dan tulang yang semuanya adalah untuk dirinya sendiri.
Kerbau-kerbau tersebut menatap sang Anjing dengan tatapan jengkel. "Betapa egoisnya dia!" kata salah satu kerbau. "Dia tidak makan jerami tetapi dia tidak membiarkan kita yang sudah sangat kelaparan untuk memakan jerami tersebut!"
Saat itulah petani datang. Ketika dia melihat bagaimana tingkah laku sang Anjing, sang Petani lalu mengambil sebuah kayu dan mengusir sang Anjing sambil memukulnya karena tingkah lakunya yang egois dan mementingkan diri sendiri.

Jangan bertingkah seperti tidak ingin berbagi sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat kamu nikmati sendiri.

Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik



Rubah yang licikSuatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.
"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.
"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"
Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh.
"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.
Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.

Angsa dan Telur Emas



Petani dan angsa bertelur emasDahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seekor angsa yang sangatlah cantik, dimana setiap hari ketika petani tersebut mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.
Petani tersebut mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar dan menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani, gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah, tetapi serakah dan menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya.

Memberi Lonceng pada Kucing


Suatu hari tikus-tikus berkumpul untuk berdiskusi dan memutuskan untuk membuat rencana yang akan membebaskan mereka selama-lamanya dari musuh mereka, yaitu kucing. Mereka berharap paling tidak mereka akan menemukan cara agar tahu kapan kucing tersebut akan datang, sehingga mereka mempunyai waktu untuk lari. Karena selama ini mereka terus hidup dalam ketakutan pada cakar kucing tersebut dan mereka terkadang sangat takut untuk keluar dari sarangnya di siang hari maupun malam hari.
Banyak rencana yang telah didiskusikan, tetapi tak ada satupun dari rencana tersebut yang mereka rasa cukup bagus. Akhirnya seekor tikus yang masih muda bangkit berdiri dan berkata:
Tikus sedang berdiskusi
"Saya mempunyai rencana yang mungkin terlihat sangat sederhana, tetapi saya bisa menjamin bahwa rencana ini akan berhasil. Yang perlu kita lakukan hanyalah menggantungkan sebuah lonceng pada leher kucing itu. Ketika kita mendengar lonceng berbunyi, kita bisa langsung tahu bahwa musuh kita telah datang."
Semua tikus yang mendengar rencana tersebut terkejut karena mereka tidak pernah memikirkan rencana tersebut sebelumnya. Mereka kemudian bergembira karena merasa rencana itu sangat bagus, tetapi di tengah-tengah kegembiraan mereka, seekor tikus yang lebih tua maju ke depan dan berkata:
"Saya mengatakan bahwa rencana dari tikus muda itu sangatlah bagus. Tetapi saya akan memberikan satu pertanyaan: Siapa yang akan mengalungkan lonceng pada kucing tersebut?"
Kadang kala, berbicara dan melakukan sesuatu adalah hal yang berbeda.

Perempuan tua dan Hantu Jadi-jadian



Dahulu kala ada seorang wanita tua yang sangat-sangat gembira dan selalu penuh dengan sukacita, walaupun hampir tidak memiliki apa-apa, dan dia sudah tua, miskin dan tinggal sendirian. Dia tinggal di sebuah pondok kecil dan menghidupi dirinya dengan membantu tetangganya mengantarkan pesanan, dia hanya mendapatkan sedikit makanan, sedikit sup sebagai upahnya. Dia selalu giat bekerja dan selalu terlihat.
Disuatu sore, di musim panas, ketika dia  berjalan pulang ke rumahnya, dengan penuh senyuman seperti biasanya, dia menemukan sebuah pot hitam yang besar tergeletak di tanah!
"Oh Tuhan!" katanya, "Pot ini akan menjadi tempat yang bagus untuk menyimpan sesuatu apabila saya mempunyai apa-apa yang dapat disimpan disana! Sayangnya saya tidak memiliki apa-apa! Siapa yang telah meletakkan pot ini disini?"
Kemudian dia melihat ke sekeliling berharap bahwa pemiliknya tidak jauh dari sana, tapi dia tidak melihat siapapun disana.
"Mungkin pot ini memiliki lubang," katanya lagi,"dan karena itulah pot ini dibuang. Tapi pot ini akan sangat bagus bila saya meletakkan setangkai bunga dan menaruhnya di jendela rumahku, saya akan membawanya pulang."
Dan ketika dia mengangkat tutupnya dan melihat ke dalam. "Ya ampun!" teriaknya dengan terkagum-kagum. "Penuh dengan emas. Betapa beruntungnya saya!"
Di dalam pot tersebut dilihatnya tumpukan koin emas yang berkilap. Saat itu dia begitu terpana dan tidak bergerak sama sekali, kemudian akhirnya dia berkata
"Saya merasa sangat kaya sekarang, benar-benar kaya raya!"
Setelah dia mengucapkan kata-kata ini beberapa kali, dia mulai berpikir bagaimana dia dapat membawa harta karun itu kerumahnya. Pot berisi emas itu begitu berat untuk dibawa, dan dia tidak menemukan cara yang baik selain mengikat pot itu pada ujung selendangnya dan menariknya sampai ke rumah.
"Sebentar lagi hari akan menjadi gelap," katanya sendiri dan mulai berjalan. "Ah.. sekarang lebih baik! karena tetanggaku tidak akan melihat apa yang saya bawa pulang ke rumah, dan saya bisa sendirian saja sepanjang malam, memikirkan apa yang saya akan lakukan dengan emas ini! mungkin saya akan membeli rumah yang besar dan duduk-duduk di perapiannya sambil menikmati secangkir teh dan tidak bekerja lagi seperti seorang Ratu. Atau mungkin saya akan mengubur emas ini di taman dan meyimpan sedikit emas ini di teko tua ku, atau mungkin .. wah.. wah.. saya merasa tidak mengenal diri saya sekarang."
Sekarang dia merasa lelah karena menarik pot yang berat itu,  berhenti sejenak untuk beristirahat, dan berbalik melihat ke hartanya.
Dan dilihatnya pot itu tidak berisi emas, tapi hanya tumpukan koin perak di dalamnya.
Dia menatap pot itu dan menggosok matanya, dan menatap kembali.
"Saya berpikir bahwa pot tadi berisi emas! Saya mungkin bermimpi. Tapi ini adalah keberuntungan! Perak lebih tidak menyusahkan, gampang di pakai, dan tidak mudah dicuri. Koin emas mungkin membawa kematian untuk saya, dan dengan setumpuk koin perak ini..."
kemudian dia berjalan lagi sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya, dan merasa seperti orang kaya, hingga akhirnya dia keletihan lagi dan berhenti beristirahat dan menengok kembali apakah hartanya masih aman; dan saat itu dia tidak melihat perak, melainkan setumpuk besi!
"Saya menyangka pot itu berisi perak! saya pasti bermimpi, Tapi ini adalah keberuntungan! sungguh menyenangkan. Saya dapat menjual dan mendapatkan satu penny untuk satu besi tua ini, dan satu penny lebih gampang di bawa dan di atur dibandingkan emas dan perak. Mengapa! karena saya tidak harus tidur dengan gelisah karena takut di rampok. Tapi satu penny betul-betul dapat berguna dan saya seharusnya menjual besi-besi itu dan menjadi kaya, benar-benar kaya."

kemudian dia berjalan lagi sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya dengan uang penny nya nanti, hingga sekali lagi dia berhenti beristirahat dan menengok kembali apakah hartanya masih aman; dan kali ini dia tidak melihat apa-apa selain batu-batu besar dalam pot itu.
"Saya menyangka pot itu berisi bersi! saya pasti bermimpi, Tapi ini adalah keberuntungan! karena saya sudah lama menginginkan batu besar untuk menahan agar pintu pagar saya tetap terbuka. Sungguh hal yang baik memiliki keberuntungan."
Perempuan dan Jadi-JadianDia menjadi sangat ingin melihat bagaimana batu itu nanti bisa menahan pintu pagarnya agar selalu terbuka, dia akhirnya berjalan terus hingga tiba di pondoknya. Dia membuka pintu pagarnya, berbalik untuk melepaskan selendangnya dari batu besar yang tergeletak di belakangnya. Tetapi apa yang dilihatnya bukanlah batu besar, melainkan serpihan-serpihan batu.
Sekarang dia membungkuk dan melepaskan ujung selendangnya, dan - "Oh!" Tiba-tiba dia terlonjak kaget, sebuah jeritan, dan mahkluk yang sebesar tumpukan jerami, dengan empat kaki yang panjang dan dua telinga yang panjang, memiliki ekor panjang, menendang-nendang ke udara sambil memekik dan tertawa seperti anak yang nakal!
Wanita tua itu memandangnya sampai makhluk itu menghilang dari pandangan, kemudian akhirnya perempuan itu tertawa juga.
"Baiklah!" katanya sambil tertawa, "Saya beruntung! Cukup beruntung. Sungguh senang bisa melihat hantu jadi-jadian dengan mata kepala sendiri, dan bebas darinya juga! Ya Tuhan, saya merasa sangat bahagia!"
Kemudian dia masuk ke pondoknya dan tertawa sepanjang malam membayangkan kejadian tadi dan merasa betapa beruntungnya dia hari ini.

Katak dan Tikus


Katak tergantung-gantung pada kaki sang Tikus saat disambar oleh seekor elangKetika seekor tikus muda yang mencari petualangan baru, berjalan menyusuri pinggiran kolam di mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak tersebut melihat tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata:
"Maukah kamu mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang."
Sang Tikus tidak berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa berenang sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa bantuan.
Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil menarik teman jalannya yang bodoh bersamanya.
Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan ingin kembali ke pinggiran kolam; tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain. Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya sehingga meninggal. Tetapi sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia dengan tikus yang telah meninggal, seekor elang terbang menyambar ke bawah, menangkap tikus dan membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-gantung pada kaki tikus. Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar mendapatkan dua makanan sekaligus untuk makan siangnya.

Siapa yang menyakiti orang lain, sering mendapatkan ganjaran atas kelicikannya.

Angin Utara dan Matahari



Angin Utara meniupkan angin dingin ke tubuh pengembara
Angin Utara dan Matahari berdebat tentang siapa diantara mereka yang lebih kuat. Sementara mereka berdebat dengan hebat, seorang pengembara berjalan melewati suatu jalan dengan badan terbungkus jubah.
"Mari kita buktikan" kata Matahari, "bahwa yang terkuat diantara kita adalah siapa saja yang bisa membuat pengembara itu membuka jubahnya. "
"Baiklah," kata Angin Utara , dan seketika itu juga meniupkan angin kencang yang dingin kepada pengembara itu.
Matahari bersinar terik dan memaksa pengembara untuk berteduhDengan hembusan angin yang kencang, ujung jubah yang dipakai pengembara, tertiup ke belakang. Tetapi ia segera membungkus erat jubah itu ke tubuhnya, dan semakin kuat angin bertiup, semakin erat ia membungkus tubuhnya. Angin utara berusaha merobek jubah pengembara itu dengan tiupan anginnya, namun semua usahanya sia-sia.
Tibalah giliran matahari. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Pada awalnya sinar yang dikeluarkan cukup lembut , dan dalam sekejap, kehangatan menggantikan rasa dingin dari Angin Utara. Sang Pengembara kemudian melonggarkan jubahnya dan membiarkannya tergantung dari bahunya. Sinar matahari kemudian bersinar lebih terik dan makin terik. Pria itu melepaskan topinya dan mengusap alisnya yang basah oleh keringat. Akhirnya ia menjadi kepanasan sehingga ia melepaskan jubahnya, dan untuk menghindari sinar matahari yang terik, ia berteduh di bawah naungan bayangan pohon di pinggir jalan.
Kelembutan lebih unggul dibandingkan kekerasan.

Kodok dan Seekor Kerbau



Kodok dan anak-anaknyaSeekor kerbau datang ke sebuah kolam yang penuh dengan alang-alang untuk minum. Ketika dia menginjakkan kakinya yang berat ke atas air, secara tidak sengaja dia menginjak seekor kodok kecil sehingga masuk ke dalam lumpur. Ibu kodok yang tidak melihat kejadian itu selanjutnya mulai merasa kehilangan satu anakknya dan bertanya kepada anak kodok yang lainnya apa-apa saja yang terjadi dengan anak kodok itu.
"Satu makhluk yang sangat besar," kata salah satu dari anak kodok , "menginjak saudaraku dengan kakinya yang sangat besar!"
"Besar katanya!" kata ibu kodok, sambil meniup dirinya sendiri sehingga menggelembung menjadi besar. "Apakah dia sebesar ini?"
"Oh, jauh lebih besar!" kata mereka serempak.
Ibu kodok kembali menggelembungkan dirinya lebih besar lagi.
"Dia tidak mungkin lebih besar dari ini," katanya kembali. Tetapi kodok-kodok yang kecil itu mengatakan bahwa makhluk tersebut jauh lebih besar dan ibu kodok tersebut terus meniup dan menggelembungkan dirinya lagi dan lagi hingga dia meledak.
Jangan mencoba melakukan sesuatu yang tidak mungkin.

Singa dan Tikus



Singa dan Tikus
Seekor singa sedang tidur dengan lelap di dalam hutan, dengan kepalanya yang besar bersandar pada telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara tidak sengaja berjalan di dekatnya, dan setelah tikus itu sadar bahwa dia berjalan di depan seekor singa yang tertidur, sang Tikus menjadi ketakutan dan berlari dengan cepat, tetapi karena ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung sang Singa yang sedang tidur. Sang Singa menjadi terbangun dan dengan sangat marah menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar.
"Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya akan membalas kebaikanmu."
Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat berpikir bahwa seekor tikus kecil akan dapat membantunya. Tetapi dengan baik hati, akhirnya singa tersebut melepaskan tikus kecil itu.
Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang Singa tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak dapat membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke seluruh hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya mendengarkan auman itu dan dengan cepat menuju ke arah dimana sang Singa terjerat pada jala. Sang Tikus kemudian menemukan sang Singa yang meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Sang Tikus kemudian berlari ke tali besar yang menahan jala tersebut, dia lalu menggigit tali tersebut sampai putus hingga akhirnya sang Singa dapat dibebaskan.
"Kamu tertawa ketika saya berkata akan membalas perbuatan baikmu," kata sang Tikus. "Sekarang kamu lihat bahwa walaupun kecil, seekor tikus dapat juga menolong seekor singa."
Kebaikan hati selalu mendapat balasan yang baik.

Enam Serdadu



Putri raja dan si Pelari yang tertidur
Pada suatu masa ada seorang pria yang hebat, dia telah membaktikan diri pada negara dalam perang, dan mempunyai keberanian yang luar biasa, tetapi pada akhirnya dia dipecat tanpa alasan apapun dan hanya memiliki 3 keping uang logam sebagai hartanya.
"Saya tidak akan diam saja melihat hal ini," katanya; "tunggu hingga saya menemukan orang yang tepat untuk membantu saya, dan raja harus memberikan semua harta dari negaranya sebelum masalah saya dengan dia selesai."
Kemudian, dengan penuh kemarahan, dia masuk ke dalam hutan, dan melihat satu orang berdiri disana mencabuti enam buah pohon seolah-olah pohon itu adalah tangkai-tangkai jagung. Dan dia berkata kepada orang itu,
"Maukah kamu menjadi orangku, dan ikut dengan saya?"
"Baiklah," jawab orang itu; "Saya harus membawa pulang sedikit kayu-kayu ini terlebih kerumah ayah dan ibuku." Dan mengambil satu persatu pohon tersebut, dan menggabungkannya dengan 5 pohon yang lain dan memanggulnya di pundak, dia lalu berangkat pergi; segera setelah dia datang kembali, dia lalu ikut bersama dengan pimpinannya, yang berkata,
"Berdua kita bisa menghadapi seluruh dunia."
Dan tidak lama mereka berjalan, mereka bertemu dengan satu orang pemburu yang berlutut pada satu kaki dan dengan hati-hati membidikkan senapannya.
"Pemburu," kata si pemimpin, "apa yang kamu bidik?"
"Dua mil dari sini," jawabnya, "ada seekor lalat yang hinggap pada pohon Oak, Saya bermaksud untuk menembak mata kiri dari lalat tersebut."
"Oh, ikutlah dengan saya," kata si Pemimpin, "Bertiga kita bisa menghadapi seluruh dunia"
Pemburu tersebut sangat ingin ikut dengannya, jadi mereka semua berangkat bersama hingga mereka menemukan tujuh kincir angin, yang baling-baling layarnya berputar dengan kencang, walaupun disana tidak ada angin yang bertiup dari arah manapun, dan tak ada daun-daun yang bergerak.
"Wah," kata si Pemimpin, "Saya tidak bisa berpikir apa yang menggerakkan kincir angin, berputar tanpa angin;" dan ketika mereka berjalan sekitar dua mil ke depan, mereka bertemu dengan seseorang yang duduk diatas sebuah pohon, sedang menutup satu lubang hidungnya dan meniupkan napasnya melalui lubang hidung yang satu.
"Sekarang," kata si Pemimpin, "Apa yang kamu lakukan diatas sana?"
"Dua mil dari sini," jawab orang itu, "disana ada tujuh kincir angin; saya meniupnya hingga mereka dapat berputar."
"Oh, ikutlah dengan saya," bujuk si Pemimpin, "Berempat kita bisa menghadapi seluruh dunia."
Jadi si Peniup turun dan berangkat bersama mereka, dan setelah beberapa saat, mereka bertemu dengan seseorang yang berdiri diatas satu kaki, dan kaki yang satunya yang dilepas, tergeletak tidak jauh darinya.
"Kamu terlihat mempunyai cara yang unik saat beristirahat," kata si Pemimpin kepada orang itu.
"Saya adalah seorang pelari," jawabnya, "dan untuk menjaga agar saya tidak bergerak terlalu cepat Saya telah melepas sebuah kaki saya, Jika saya menggunakan kedua kaki saya, Saya akan jauh lebih cepat dari pada burung yang terbang."
"Oh, ikutlah dengan saya," kata si Pemimpin, "Berlima kita bisa menghadapi seluruh dunia."
Jadi mereka akhirnya berangkat bersama, dan tidak lama setelahnya, mereka bertemu dengan seseorang yang memakai satu topi kecil, dan dia memakainya hanya tepat diatas satu telinganya saja.
"Bersikaplah yang benar! bersikaplah yang benar!" kata si Pemimpin; "dengan topi seperti itu, kamu kelihatan seperti orang bodoh."
"Saya tidak berani memakai topi ini dengan lurus," jawabnya lagi, "Jika saya memakainya dengan lurus, akan terjadi badai salju dan semua burung yang terbang akan membeku dan jatuh mati dari langit ke tanah."
Oh, ikutlah dengan saya," kata si Pemimpin; "Berenam kita bisa menghadapi seluruh dunia."
Jadi orang yang keenam ikut berangkat bersama hingga mereka mencapai kota dimana raja yang menyebabkan penderitaannya akan memulai pertandingan dimana siapapun yang jadi pemenang akan dinikahkan dengan putrinya, tetapi siapapun yang kalah akan dibunuh sebagai hukumannya. Lalu si Pemimpin maju kedepan dan berkata bahwa satu dari orangnya akan mewakili dirinya dalam pertandingan tersebut.
"Kalau begitu," kata raja, "hidupnya harus dipertaruhkan, dan jika dia gagal, dia dan kamu harus dihukum mati."
Ketika si Pemimpin telah setuju, dia memanggil si Pelari, dan memasangkan kakinya yang kedua pada si Pelari.
"Sekarang, lihat baik-baik," katanya, "dan berjuanglah agar kita menang."
Telah disepakati bahwa siapapun yang paling pertama bisa membawa pulang air dari anak sungai yang jauh dan telah ditentukan itu akan dianggap sebagai pemenang. Sekarang putri raja dan si Pelari masing-masing mengambil kendi air, dan mereka mulai berlari pada saat yang sama; tetapi dalam sekejap, ketika putri raja tersebut berlari agak jauh, si Pelari sudah hilang dari pandangan karena dia berlari secepat angin. Dalam sekejap dia telah mencapai anak sungai, mengisi kendinya dengan air dan berlari pulang kembali. Ditengah perjalanan pulang, dia mulai merasa kelelahan, dan berhenti, menaruh kendinya dilantai dan berbaring di tanah untuk tidur. Agar dapat terbangun secepatnya dan tidak tertidur pulas, dia mengambil sebuah tulang tengkorak kuda yang tergeletak didekatnya dan menggunakannya sebagai bantal. Sementara itu, putri raja, yang sebenarnya juga pelari yang baik dan cukup baik untuk mengalahkan orang biasa, telah mencapai anak sungai juga, mengisi kendinya dengan air, dan mempercepat larinya pulang kembali, saat itu dia melihat si Pelari yang telah tertidur di tengah jalan.
"Hari ini adalah milik saya," dia berkata dengan gembira, dan dia mengosongkan dan membuang air dari kendi si Pelari dan berlari pulang. Sekarang hampir semuanya telah hilang tetapi si Pemburu yang juga berdiri di atas dinding kastil, dengan matanya yang tajam dapat melihat semua yang terjadi.
"Kita tidak boleh kalah dari putri raja," katanya, dan dia mengisi senapannya, mulai membidik dengan teliti dan menembak tengkorak kuda yang dijadikan bantal dibawah kepala si Pelari tanpa melukai si Pelari. Si Pelari terbangun dan meloncat berdiri, dan melihat banya kendinya telah kosong dan putri raja sudah jauh berlari pulang ke tempat pertandingan dimulai. Tanpa kehilangan keberaniannya, dia berlari kembali ke anak sungai, mengisi kendinya kembali dengan air, dan untuk itu, dia berhasil lari pulang kembali 10 menit sebelum putri raja tiba.
"Lihat," katanya; "ini adalah pertama kalinya saya benar-benar menggunakan kaki saya untuk berlari"
Raja menjadi jengkel, dan putrinya lebih jengkel lagi, karena dia telah dikalahkan oleh serdadu biasa yang telah dipecat; adn mereka berdua sepakat untuk menyingkirkan serdadu beserta pengikutnya bersama-sama.
"Saya punya rencana," jawab sang Raja; "jangan takut tetapi kita harus mendiamkan mereka selama-lamanya." Kemudian mereka menemui serdadu dan pengikutnya, mengundang mereka untuk makan dan minum; dan sang Raja memimpin mereka menuju ke sebuah ruangan, yang lantainya terbuat dari besi, pintunya juga terbuat dari besi, dan di jendelanya terdapat rangka-rangka besi; dalam ruangan itu ada sebuah meja yang penuh dengan makanan.
"Sekarang, masuklah kedalam dan buatlah dirimu senyaman mungkin," kata sang Raja.
Ketika serdadu dan pengikutnya semua masuk, dia mengunci pintu tersebut dari luar. Dia kemudian memanggil tukang masak, dan menyuruhnya untuk membuat api yang sangat besar dibawah ruangan tersebut hingga lantai besi menjadi sangat panas. Dan tukang masak tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Raja, dan keenam orang didalamnya mulai merasakan ruangan menjadi panas, tapi berpikir bahwa itu karena makanan yang mereka makan, seiring dengan suhu ruangan yang bertambah panas, mreka menyadari bahwa pintu dan jendela telah dikunci rapat, mereka menyadari rencana jahat sang raja untuk membunuh mereka.
"Bagaimanapun juga, dia tidak akan pernah berhasil," kata laki-laki dengan topi kecil; "Saya akan membawa badai salju yang akan membuat api merasa malu pada dirinya sendiri dan merangkak pergi."
Dia lalu memasang topinya lurus diatas kepala, dan secepat itu badai salju datang dan membuat semua udara panas menjadi hilang dan makanan menjadi beku diatas meja. Setelah satu atau dua jam berlalu, Raya menyangka bahwa mereka telah terbunuh karena panas, dan menyuruh untuk membuka kembali pintu ruangan tersebut, dan masuk kedalam untuk melihat keadaan mereka. Ketika pintu terbuka lebar, mereka berenam ternyata selamat dan terlihat mereka telah siap untuk keluar untuk menghangatkan diri karena ruangan tersebut terlalu dingin dan menyebabkan makanan di meja menjadi beku. Dengan penuh kemarahan, raja mendatangi tukang masak, mencaci dan menanyakan mengapa tukang masak itu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan.
"Ruangan tersebut cukup panas; kamu mungkin bisa melihatnya sendiri," kata tukang masak. Sang Raja melihat kebawah ruangan besi tersebut dan melihat api yang berkobar-kobar di bawahnya, dan mulai berpikir bahwa keenam orang itu tidak dapat disingkirkan dengan cara itu. Dia mulai memikirkan rencana baru, jadi dia memanggil serdadu yang menjadi pemimpin tersebut dan berkata kepadanya,
"Jika kamu tidak ingin menikahi putri saya dan memilih harta berupa emas, kamu boleh mengambilnya sebanyak yang kamu mau."
"Baiklah, tuanku Raja," jawab si Pemimpin; "biarkan saya mengambil emas sebanyak yang dapat dibawa oleh pengikutku, dan saya tidak akan menikahi putrimu." Raja setuju bahwa si Pemimpin akan datang dalam dua minggu untuk mengambil emas yang dijanjikan. Si Pemimpin memanggil semua penjahit yang ada di kerajaan tersebut dan menyuruh mereka untuk membuat karung yang sangat besar dalam dua minggu. Dan ketika karung itu telah siap, orang kuat (yang dijumpai mencabut dan mengikat pohon) memanggul karung tersebut di pundaknya dan menghadap sang Raja.
"Siapa orang yang membawa buntalan sebesar rumah di pundaknya ini?" teriak sang Raja, ketakutan karena memikirkan banyaknya emas yang bisa dibawa pergi. Dan satu ton emas yang biasanya diseret oleh 16 orang kuat, hanya di panggulnya di pundak dengan satu tangan.
"Mengapa tidak kamu bawa lebih banyak lagi? emas ini hanya menutupi dasar dari kantung ini!" Jadi raja menyuruh untuk mengisinya perlahan-lahan dengan seluruh kekayaannya, dan walaupun begitu, kantung tersebut belum terisi setengah penuh.
"Bawa lebih banyak lagi!" teriak si Kuat; "harta-harta ini belum berarti apa-apa!" Kemudian akhirnya 7000 kereta yang dimuati dengan emas yang dikumpulkan dari seluruh kerajaan berakhir masuk dalam karungnya.
"Kelihatannya belum terlalu penuh," katanya, "tetapi saya akan membawa apa yang bisa saya bawa." walaupun dalam karung tersebut masih tersedia ruangan yang kosong.
"Saya harus mengakhirinya sekarang," katanya; "Jika tidak penuh, sepertinya lebih mudah untuk mengikatnya." Dan orang kuat itu lalu menaikkan karung tersebut dipunggungnya dan berangkat pergi bersama dengan teman-temannya.
Si Peniup meniup pasukan yang mengejar merekaKetika sang Raja melihat semua kekayaan dari kerajaanya dibawa oleh hanya satu orang, dia merasa sangat marah, dan dia memerintahkan pasukannya untuk mengejar keenam orang itu dan merampas kembali karung itu dari si Kuat.
Dua pasukan kuda segera dapat mengejar mereka, memerintahkan keenam orang itu untuk menyerah dan menjadi tawanan, dan mengembalikan kembali karung harta itu atau dibunuh.
"Menjadi tawanan, katamu?" kata orang yang bisa meniup, "mungkin kalian perlu menari-nari di udara bersama-sama," dan menutup satu lubang hidungnya, dan meniupkan napas melalui lubang yang satunya, pasukan tersebut beterbangan melewati atas gunung. Tetapi komandan yang memiliki sembilan luka dan merupakan orang yang pemberani, memohon agar mereka tidak dipermalukan. Si Peniup kemudian menurunkannya perlahan-lahan dan memerintahkan agar mereka melaporkan ke sang Raja bahwa pasukan apapun yang dikirim kan untuk mengejar mereka, akan mengalami nasib yang sama dengan pasukan ini. Dan ketika sang Raja mendapat pesan tersebut, berkata,
"Biarkanlah mereka; mereka mempunyai hak atas harta itu." Jadi keenam orang itu membawa pulang harta mereka, membagi-bagikannya dan hidup senang sampai akhir hayat mereka.

Kura-kura dan Sepasang Itik


Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.
Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.
Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya.
Kura-kura dan Itik"Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."
Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.
Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata:
"Kamu pastilah Raja dari kura-kura!"
"Pasti saja......" kura-kura mulai berkata.
Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.
Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.

Anak Penggembala dan Serigala


Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana.
Anak Penggembala dan SerigalaTuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata benar.

Cerita Anak - Kisah Deni si Koki Cilik

Cerita anak kali ini tentang Deni si koki cilik. Deni adalah seorang anak yang suka sekali makanan. Ayahnya sering bepergian keliling nusantara dan tak jarang Deni diajak berkeliling. Setiap daerah yang dikunjungi ayahnya, Deni sering mencicipi makanan khas daerah itu.

Sampai suatu hari Deni ingin menjajal masakan yang sudah ia coba. Kali ini ia ingin mencoba membuat masakan khas daerah timur yang pernah ia singgahi bersama ayahnya. Tak lama jadilah masakan tersebut dan dihidangkan di ruang makan untuk disantap bersama keluarganya pada saat makan malam.


Semua yang makan malam itu sangat puas dan bangga oleh masakan hasil Deni, mereka memuji karya Deni karena masakannya sangat lezat dan mengundang selera.

Deni pun termasuk anak yang tidak puas akan hasil masakannya, ia lalu ber-eksperimen untuk menciptakan masakan-masakan lain yang belum pernah ia coba.

Melihat kreatifitas Deni yang suka memasak, ibu akhirnya menyediakan ruangan untuk dapur eksperimen Deni untuk menciptakan menu-menu masakan baru Deni.

Si ibu yang ternyata suka dengan dunia blogging, menulis blog tentang resep-resep makanan yang telah diuji-coba Deni di dapur masakan Deni.

Akhirnya Deni menjadi terkenal dengan resep masakan yang khas yang telah Deni campur dari seluruh masakan yang ada di seluruh nusantara. Sampai akhirnya Deni menjuarai lomba koki cilik dan terpilih menjadi juara pertama.

Deni sangat bangga dengan prestasi-nya, kelak suatu hari nanti Deni akan membuka restoran masakan hasil karya resep-resepnya yang telah ia buat.

Hikmah cerita anak kali ini adalah belajar temukan bakatmu dan teruslah berkarya dan mencari innovasi terbaru semampu kita, sebab dengan bakat pada usia kecil akan sangat berperan di masa depan.

Cerita Anak Anak Singkat - Kisah Belalang Yang Pikun

Cerita anak anak singkat kali ini berkisah tentang kisah seekor belalang yang pikun. Pada musim kering hiduplah belalang yang senang sekali memainkan alat musik gitar kecil yang ada di tanganya. Padahal sebentar lagi musim hujan panjang akan tiba, namun si belalang tetap saja memainkan gitar tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.

Sementara hewan-hewan lainnya sedang sibuk mempersiapkan bahan makanan untuk persiapan musim hujan yang akan panjang nantinya. Ketika sekelompok semut melintas di hadapan si belalang, belalang berkata "Hai semut, ayo mari kita bermain dan bernyanyi bersamaku" ajak si belalang.



"Apa? bermain?, tidakkah kau lihat diluar sana, semua hewan bersiap-siap karena esok akan datang musim hujan yang panjang, kalau kau tidak ada persiapan maka kau akan mati", teriak si semut kepada belalang.

Spontan belalang langsung berlari pontang panting mencari makan untuk musim depan.

Hikmah cerita anak anak singkat kali ini janganlah kita terlalu asik bermain sehingga lupa waktu dan lakukan persiapan dengan matang setiap kegiatan yang akan kita lakukan.

Kumpulan Cerita Anak Islami Sebelum Tidur - Pemuda Yang Rajin Sedekah

kali ini berkisah tentang kebiasaan seorang pemuda yang suka bersedekah yang akhinya membawa keberkahan dan keberuntungan dirinya setelah ia bersedekah di jalan Allah. Awal mulanya ia menerima uang dari seorang teman, tak lama ia dihadang oleh temannya.

Ternyata teman tersebut hendak meminjam beberapa rupiah untuk keperluan yang sangat mendesak, padahal uang itu ia belum buka sama sekali amplopnya . Dan dengan perasaan tawakkal dan beriman kepada Allah, karena ia ingin menolong sahabatnya, maka diberikannya uang itu kepada sahabatnya.

"Ambillah uang ini, Insya Allah ini akan mejadi berkah bagi keluargamu" kata si pemuda yang terbiasa sedekah ini.

Akhirnya uang tersebut berpindah tangan kepada temannya, walau ia juga sangat butuh dengan uang itu namun ia berprasangka baik kepada Allah bahwa saat itu ia sedang diuji oleh Tuhannya agar mau memberikan uangnya.


Tak lama kemudian ia pulang dari kantornya, diperjalanan pulang di sebuah bus yang ia tumpangi , dibajak oleh sekelompok remaja, dan ia pun menjadi salah satu korbannya.

Alhamdulillah berkat ketulusan hatinya , uang yang ia berikan kepada temannya itu selamat dari sekolompok orang pembajak bus, dalam hatinya ia berfikir apa jadinya jika uang itu tetap ia bawa dan tidak diberikan kepada temannya tadi.

Akhirnya pria itu selamat dari kawanan perampok bus tadi, ia sangat bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan nyawanya siang itu.

hikmah kumpulan cerita anak islami sebelum tidur kali ini adalah bersedekahlah kepada sesama atau orang yang sangat membutuhkan, dengan bersedekah kita bisa menjaga harta kita serta keselamatan kita dunia dan akhirat, semoga cerita anak islami sebelum tidur kali ini bisa bermanfaat bagi kita semua.